Entri Populer

Senin, 30 Mei 2011

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Warna kuning keemasan dalam urin pernah dianggap berasal dari emas. Para ahli kimia menghabiskan banyak waktu untuk mengekstrak emas dari urin yang akhirnya justru menghasilkan white phosporous, yang ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Hennig Brand di tahun 1669 ketika ia sedang mendistilasi urin yang difermentasikan. Pada tahun 1773, ahli kimia Perancis, Hilaire Rouelle, menemukan urea ketika ia mendidihkan urin hingga kering.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Pengertian uri??
1.2.2 Bagaimana konsep dsar pemenuhan eliminasi uri?
1.2.3 Bagaimana Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih?
1.2.4 Bagaimana Persarafan Kandung Kemih?
1.2.5 Bagaimana eliminasi?
1.2.6 Bagaimana konsep asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia gangguan pola eliminasi urin?
1.3 TUJUAN
1.3.1 Mengetahui Pengertian urin.
1.3.2 Mengetahui konsep dsar pemenuhan eliminasi urin.
1.3.3 Mengetahui Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih.
1.3.4 Mengetahui Persarafan Kandung Kemih.
1.3.5 Mengetahui eliminasi.
1.3.6 Mengetahui Bagaimana konsep asuhan keperawatan kebutuhan dasar manusia gangguan pola eliminasi urin.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Urin
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

• Ureter
Merupakan struktur tubular yang memiliki panjang 25 sampai 30 cm dan berdiameter 1,25 cm pada orang dewasa.
• Kandung Kemih
Merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan merupakan organ eskresi.
• Uretra
Urine keluar dari kandung kemih melalui uretra dan keluar dari tubuh melalui meatus uretra. Uretra pada wanita memiliki panjang sekitar 4-6,5 cm, sedangkan panjang ureter pada pria adalah 20cm.

Komposisi
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme (seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh. Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan dalam urin orang yang sehat.
Fungsi
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau obat-obatan dari dalam tubuh.
Anggapan umum menganggap urin sebagai zat yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu merupakan zat yang steril
Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India, Ayurveda.
Kegunaan lain
Seorang Doktor sedang bereksperimen menggunakan urin
Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian) atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, diantara mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen.

2.2 KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URINE
2.2.1 Miksi (berkemih)
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang kemudian mencetuskan langkah kedua Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih. Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau batang otak.
2.2.2 Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf pada Kandung Kemih
Kandung kemih yang diperlihatkan pada gambar 31.1, adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua bagian besar : Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin berkumpul dan Leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong, berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian, kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama lain sehingga timbul aliran listrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.
Pada dinding posterior kandung kemih, tepat diatas bagian leher dari kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum. Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagaian kandung kemih yang membuka menuju leher masuk kedalam uretra posterior, dan kedua ureter memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi dibawah mukosa kandung kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2 – 3 cm, dan dindingnya terdiri dari otot detrusor yang bersilangan dengan sejumlah besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbeda otot pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos. Otot sfingter eksterna bekerja di bawah kendali sistem saraf volunter dan dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila kendali involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
2.2.3 Persarafan Kandung Kemih
Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang berhubungan dengan medula spinalis melalui pleksus sakralis, terutama berhubungan dengan medula spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan melalui nervus pelvikus ini adalah serat saraf sensorik dan serat saraf motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks yang menyebabkan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis. Serat ini berakhir pada sel ganglion yang terletak pada dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang penting untuk fungsi kandung kemih. Yang terpenting adalah serat otot lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatik yang mempersarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini mungkin terutama merangsang pembuluh darah dan sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.
2.2.4 Transpor Urin dari Ginjal melalui Ureter dan masuk ke dalam Kandung Kemih
Urin yang keluar dari kandung kemih mempunyai komposisi utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis, meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang kemudian mencetuskan kontraksi peristaltik yang menyebar ke pelvis renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian mendorong urin dari pelvis renalis ke arah kandung kemih. Dinding ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis seperi juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan serat saraf yang meluas diseluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan dihambat oleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih. Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap gelombang peristaltik yang terjadi di sepanjang ureter akan meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus dinding kandung kemih membuka dan memberi kesempatan urin mengalir ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara sempurna. Akibatnya, sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong kembali kedalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral. Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter dan, jika parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur di medula renalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.
Sensasi rasa nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.
Ureter dipersarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila ureter tersumbat (contoh : oleh batu ureter), timbul refleks konstriksi yang kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri juga menyebabkan refleks simpatis kembali ke ginjal untuk mengkontriksikan arteriol-arteriol ginjal, dengan demikian menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang berlebihan kedalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.
Refleks Berkemih
Merujuk kembali pada gambar 31-2, kita dapat melihat bahwa selama kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis putus-putus. Keadaan ini disebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sakral medula spinalis melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis melalui saraf yang sama ini.
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turun kembali ke garis basal. Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi bertambah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.
Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan “ menghilang sendiri. “ Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjutnya akan mengaktifkan reseptor regang untuk menyebabkan peningkatan selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior, yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih lanjut, jadi siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandung kemih mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai melemah dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan kandung kemih berelaksasi.
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari : Peningkatan tekanan yang cepat dan progresif Periode tekanan dipertahankan dan Kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.
Sekali refleks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan kandung kemih, elemen saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan semakin kuat.
Sekali refleks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga menimbulkan refleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat dalam otak daripada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna, berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi makin kuat.
Perangsangan atau Penghambatan Berkemih oleh Otak
Refleks berkemih adalah refleks medula spinalis yang seluruhnya bersifat autonomik, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat dalam otak.
Pusat-pusat ini antara lain : Pusat perangsang dan penghambat kuat dalam batang otak, terutama terletak di pons dan Beberapa pusat yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai penghambat tetapi dapat juga menjadi perangsang.
Refleks berkemih merupakan dasar penyebab terjadinya berkemih, tetapi pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai pengendali akhir dari berkemih seperti berikut : Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks berkemih kecuali jika persitiwa berkemih dikehendaki. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih timbul, dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat berkemih sakral untuk membantu mencetuskan refleks berkeih dan dalam waktu bersamaam menghambat sfingter eksternus kandung kemih sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi.
Berkemih di bawah keinginan biasanya tercetus dengan cara berikut : Pertama, seseorang secara sadar mengkontraksikan otot-otot abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan uretra posterior di bawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal ini menstimulasi reseptor regang, yang merangsang refleks berkemih dan menghambat sfingter eksternus uretra secara simultan. Biasanya, seluruh urin akan keluar, terkadang lebih dari 5 sampai 10 ml urin tertinggal di kandung kemih.





2.3 Pengkajian
Pola berkemih
Pada orang-orang untuk berkemih sangat individual
Frekuensi
Frekuensi untuk berkemih tergantung kebiasaan dan kesempatan. Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari pada waktu bangun tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada malam hari. Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
Volume
Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.
Usia Jumlah / hari
1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 – 60 ml
2. Hari ketiga – kesepuluh dari kehidupan 100 – 300 ml
3. Hari kesepuluh – 2 bulan kehidupan 250 – 400 ml
4. Dua bulan – 1 tahun kehidupan 400 – 500 ml
5. 1 – 3 tahun 500 – 600 ml
6. 3 – 5 tahun 600 – 700 ml
7. 5 – 8 tahun 700 – 1000 ml
8. 8 – 14 tahun 800 – 1400 ml
9. 14 tahun – dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam pada orang dewasa, maka perlu lapor.
Faktor yang mempengaruhi kebiasaan berkemih
Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output urine, seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan, akibatnya output urine lebih banyak.
Respon keinginan awal untuk berkemih.
Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih menjadi lebih kuat. Akibatnya urine banyak tertahan di kandung kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang lebih daripada normal


Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam hal eliminasi urine. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat mempengaruhi tingkah laku.
Stress psikologi
Meningkatnya stress seseorang dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih, hal ini karena meningkatnya sensitive untuk keinginan berkemih dan atau meningkatnya jumlah urine yang diproduksi.
Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh.
Tingkat perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga akan mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih sering berkemih.
Kondisi Patologis.
Demam dapat menurunkan produksi urine (jumlah & karakter) Obat diuretiik dapat meningkatkan output urine Analgetik dapat terjadi retensi urine.
Urine
Warna :
1. Normal urine berwarna kekuning-kuningan.
2. Obat-obatan dapat mengubah warna urine seperti orange gelap.
3. Warna urine merah, kuning, coklat merupakan indikasi adanya penyakit.
Bau :
Normal urine berbau aromatik yang memusingkan. Bau yang merupakan indikasi adanya masalah seperti infeksi atau mencerna obat-obatan tertentu. Berat jenis adalah berat atau derajat konsentrasi bahan (zat) dibandingkan dengan suatu volume yang sama dari yang lain seperti air yang disuling sebagai standar. Berat jenis air suling adalah 1, 009 ml. Normal berat jenis : 1010 – 1025
Kejernihan :
1. Normal urine terang dan transparan
2. Urine dapat menjadi keruh karena ada mukus atau pus.
pH : Normal pH urine sedikit asam (4,5 – 7,5)
Urine yang telah melewati temperatur ruangan untuk beberapa jam dapat menjadi alkali karena aktifitas bakteri. Vegetarian urinennya sedikit alkali.
Protein :
Molekul-molekul protein yang besar seperti : albumin, fibrinogen, globulin, tidak tersaring melalui ginjal-urine. Pada keadaan kerusakan ginjal, molekul-molekul tersebut dapat tersaring – urine. Adanya protein didalam urine - proteinuria, adanya albumin dalam urine - albuminuria.
Darah :
Darah dalam urine dapat tampak jelas atau dapat tidak tampak jelas. Adanya darah dalam urine - hematuria.
Glukosa :
Normalnya adanya sejumlah glukosa dalam urine tidak berarti bila hanya bersifat sementara, misalnya pada seseorang yang makan gula banyak - menetap pada pasien DM. Adanya gula dalam urine - glukosa
Keton : Hasil oksidasi lemak yang berlebihan.
Masalah-masalah dalam Eliminasi
Masalah-masalahnya adalah retensi, inkontinensia urine, enuresis, perubahan pola urine (frekuensi, keinginan (urgensi), poliurine dan urine suppression). Penyebab umum masalah ini adalah Obstruksi, Pertumbuhan jaringan abnormal, Batu Infeksi, masalah-masalah lain.
Retensi merupakan adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri. Menyebabkan distensi kandung kemih. Normal urine berada di kandung kemih 250 – 450 ml Urine ini merangsang refleks untuk berkemih. Dalam keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urine sebanyak 3000 – 4000 ml urine.
Tanda-tanda klinis retensi
1. Ketidaknyamanan daerah pubis.
2. Distensi kandung kemih
3. Ketidak sanggupan unutk berkemih.
4. Sering berkeih dalam kandung kemih yang sedikit (25 – 50 ml)
5. Ketidak seimbangan jumlah urine yang dikelurakan dengan intakenya.
6. Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih.
Penyebab
1. Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
2. Pembesaran kelenjar prostat
3. Strikture urethra.
4. Trauma sumsum tulang belakang.
5. Inkontinensi urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih. Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensi - inkontinensi komplit. Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia - inkontinensi sebagian
Penyebab Inkontinensi
a. Proses ketuaan
b. Pembesaran kelenjar prostat
c. Spasme kandung kemih
d. Menurunnya kesadaran
e. Menggunakan obat narkotik sedative
Ada beberapa jenis inkontinensi yang dapat dibedakan :
1. Total inkontinensi
Adalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perinela atau adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau kelainan neurologis.
2. Stress inkontinensi
Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen meningkat contohnya batuk, tertawa - karena ketidaksanggupan sfingter eksternal menutup.
3. Urge inkontinensi.
Terjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ketoilet tepat pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih.
4. Fungisonal inkontinensi.
Adalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan sebagai inkontinensi persists karena secara fisik dan mental mengalami gangguan atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar mandi.
5. Refleks inkontinensi
Adalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung kemihnya penuh.
Enuresis
a. Sering terjadi pada anak-anak
b. Umumnya terjadi pada malam hari - nocturnal enuresis
c. Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
d. Penyebab Enuresis
e. Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi dari keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk kekamar mandi. Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar. Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, ceksok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
Perubahan pola berkemih
a. Frekuensi normal, meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan
b. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan dapat diakibatkan karena cystitis
c. Frekuensi tinggi pada orang stress dan orang hamil
Urinari suppresi adalah berhenti mendadak produksi urine
Secara normal urine diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120 ml/jam (720 – 1440 ml/hari) dewasa. Keadaan dimana ginjal tidak memproduksi urine kurang dari 100 ml/hari disanuria. Produksi urine abnormal dalam jumlah sedikit oleh ginjal disebut oliguria misalnya 100 – 500 ml/hari. Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka bakar dan shock.

2.4 ELIMINASI
Eliminasi merupakan kebutuhan dalam manusia yang esensial dan berperan dalam menentukan kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan homeostasis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme. Secara garis besar, sisa metabolisme tersebut terbagi ke dalam dua jenis yaitu sampah yang berasal dari saluran cerna yang dibuang sebagai feces (nondigestible waste) serta sampah metabolisme yang dibuang baik bersama feses ataupun melalui saluran lain seperti urine, CO2, nitrogen, dan H2O.
Gangguan eliminasi urinarius adalah suatu keadan dimana seorang individu mengalami gangguan dalam pola berkemih ( fundamental of nursing hal 614, 2001 )
2.4.1 ETIOLOGI
Terjadi g3 eliminasi dkarenakan adanya retensi Na & air, sehingga menyebabkan g3 berkemih spt:
a. Retensi urine adl ketidak mampuan mengeluarkan urine.
b. Inkontinensia urine adl ketidak mampuan mengendalikan pengeluaran urine
- Inkontinensia Fungsional
- Inkontinensia Reflek
- Inkontinensia Stres
- Inkontinensia Total
- Inkontinensia Dorongan
c. Hematuria adl kencing darah.
d. Polyuria adl ekresi urine dlm jml banyak
e. Oliguria adl keadaan berkurangnya jml urine yg dhasilkan 9 ml.
f. Anuria adl keadan terhntinya prod. Urine / berkurangnya vol urine hg suatu tahap yg tdk memadai dlm ekresi limbah yg normal.
g. Dysuria adl berkemih yg sering
h. Frekwnsi adl berkmih yg sering
>Penjelasan dari yang diatasi
a. Retensi urine
Akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat ketidakmampuan mengosongkan kandung kemih, merengangkan dindingnya sehingga timbul perasaan tegang, tidak nyeri tekan pada stympisis pubis, gelisah dan terjadi datoresis (berkeringat)
b.Inkontinensia
Kehilangan kontrol berkemih, inkontinensia urine dapat bersifat sementara atau menetap. Disebabkan karena tidak dapat mengontrol sphingter uretra eksterna
2.4.2 FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Perkembangan dan pertumbuhan
Bayi dan anak-anak mengekskresikan urine dalam jumlah yang lebih besar dibanding dengan ukuran tubuh mereka. Anak berusia 6 bulan dengan berat badan 6-8 kg mengekskresikan urine 400-500 ml/ hari.
2. Sosial koltural
3. Faktor psikologis
4. Kebiasaan pribadi
5. Tonus otot
6. Status volume
7. Kondisi penyakit
8. Prosedur bedah
9. Obat-obatan
10. Pmeriksaan diagnostik
2.6.3 Karekteristik urine
Scara normal urin terdri atas:
96% air
4% zat padat
Warna urine
Urine normal:berwarna kuning muda
warna yg gelap:biasanya merupkan urine yg lbih pekat
Bau
Normal:urine berbau aromatik yg samar2
Urine keruh + bau amoniak.
PH urine
N kurang lebih 6(agak asam)/ 4,5 – 7,5
BJ urine:menunjukkan darajat keasaman hidrasi
N:1,005 – 1,025
E.Patofisiologi
Proses imunologik kuman strep nefriotugen

Gangguan dlm reproduksi
Gangguan eliminasi urine
2.4.4 MANIFESTASI KLINIS GNA
Manifestasi klinis pada gangguan eliminasi yang berhubungan dengan penyakit adalah sebagai berikut :
>Hematuria
>Edema ringan pada mata / seluruh tubuh
>Edema berat mengakibatkn oliguria dan payah jantung
>Hipertensi 60 – 70%
>Gangguan GIT ( muntah dan diare )
>Oliguria
2.4.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG GNA
>LED
>Tes HB
>Pemeriksaan urine:
jumlah urine menurun,
BJ urine meningkat,
gross hematuria, urium dan
kreatinin darah meningkat
2.4.6 PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada penderita dgn diberi diet TKRP RG (1 gr per hari ) makanan lunak, menjalani betres total, HT Intake cairan di batasi, bila terjadi anuria 5 sampai 7 hari dgn Hemodialisis, Dialisis Peritoneal.
Evaluasi yang di inginkan :
Kebutuhan cairan dan elektrolit klien terpenuhi.
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Tidak terjadi iritasi kulit pada kulit disekitar genital
Kecemasan keluarga hilang.


2.5 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN POLA ELIMINASI URINE
2.5.1 Pengkajian
a. Nama : Untuk membeda-bedakan masing-masing pasien.
Umur : Sebagai pertimbangan cara pendekatan yang akan digunakan.
Jenis kelamin : Untuk membedakan, dan menentukan jenis Kelamin Klien.
Pekerjaan : Untuk mengetahui sumber penghasilan keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Alamat : Untuk mengetahui asal pasien / tempat tinggal (berhubungan erat dengan lingkungan dan sanitasi).
Suku bangsa : Untuk mengetahui adat yang digunakan Klien.
Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama dikaji untuk mengetahui alasan mengapa klien sampai dibawa ke Rumah sakit. Pada gangguan eliminasi urinne biasanya klien tidak bisa BAK atau BAK yang tidak terkontrol
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan sulit berkemih, kalau berkemih harus mengejan dengan kuat, walau minum banyak tapi klien BAK tetap sedikit.
d. Riwayat Penyakit Masa Lalu
Riwayat Penyakit masa lalu dikaji untuk mengetahui apakah klien pernah mempunyai penyakit yang sama atau apakah klien pernah mempunyai riwayat alergi, gangguan absorbsi dan pernah menderita riwayat penyakit akibat gizi buruk dan Higiene Sanitasi yang buruk.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Penyakit Keluarga dikaji untuk mengetahui apakah ada keluarga yang pernah mempunyai Penyakit yang sama atau Penyakit yang menular/menurun.
f. Riwayat Psikososial dan spiritual
Klien dengan masalah ini biasanya mengalami konsep diri, klien merasa tidak percaya diri dan malu pada penyakitnya, klien dalam masalah ini biasanya kesulitan dalam beribadah
g. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Pola aktifitas sehari-hari perlu dikaji diantaranya :
Makan : Makanan yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi, intolerensi pada jenis makanan tertentu dapat mengakibatkan diare.
Minum : - Asupan minuman/cairan yang menurun dapat mempengaruhi pola eliminasi .
Eliminasi : pasien mengalami gangguan dalam berkemih , pasien yang mengalami retensi urine mengaku tidak bisa BAK, da pasien yang mengalami inkontinensia mengeluh tidak dapat mengontrol pola berkemihnya
Tidur : Pola istirahat tidur ikut terganggu akibat dari blas penuh karena keinginan untuk berkemih yang terus menerus.
Aktifitas Lain : Kurangnya mobilisasi dapat mengakibatkan klien mengalami gangguan pola berkemih
.
h. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesadaran
Dikaji untuk mengetahui keadaan umum klien pada/menurut GCS (Goslow Coma Skala). Respon Mootorik = 6
Verbal = 5
Mata = 4
15 compos mentis
Tanda-tanda Vital
Tensi (tekanan darah) = 120/80 (normal)
Nadi = 100-120 x menit (anak-anak normal).
Suhu = 36 – 370 c (normal).
Respiration RUB = 23 x /menit (normal)
Status gizi : BB menurun jadi status gizi menurun
2.5.2 Pemeriksaan cepalo caudal
→ Kepala
Pada kasus gangguan pola eliminasi urine biasanya tidak mengalami gangguan , kecuali pada kasus – kaus tertentu seperti GNA., yang bisa mengalami edema palpebra
→ Hidung dan Telinga
Pada gangguan eliminasi urine biasanya dari pemeriksaan.
Inspeksi : Bentuk hidung simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya.
Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip
Pada Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, warna sama dengan daerah sekitarnya, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak ada pendarahan.
Palpasi : Biasanya tidak ada nyeri tekan, tidak ada polip.
→ Mulut dan Lidah
Biasanya pada gangguan eliminasi Urine Mukosa mulut terlihat kering dan lidah tidak kotor.
→ Leher dan Tenggorokan
Pada leher dan tenggorokan tidak ada pembesaran getah bening maupun tyroid.
→ Pada Dada / Thorax
Pemeriksaan Paru
Inpeksi : Yang dikaji meliputi bentuk dada yaitu bentuk dada corong (funnel chest), bentuk dada tong (Barrel chest), bentuk dada burung (pigeon chest) selain itu yang dikaji yaitu Pernafasan Klien.
Palpasi : Yang dikaji yaitu terdapatnya nyeri tekan, peningkatan/ penurunan Fokal Fremitus serta ekspansi Paru.
Perkusi : Yang dikaji letak/batas paru (suara, resonan, tympani, redup).
Batas Paru :
Kanan Kiri
Pada ICS 1-2 resonan Resonan pada ICS 1-2 dan 6
Pada ICS 3-4 redup
karena ada hepar Pada ICS 3-5
karena ada jantung
Pada ICS 5-6 tympani Pada ICS 7 tympani
Auskultasi : Yang dikaji suara tambahan paru.
Misalnya : weeling, rales, ranchi, pleura fraction Rub.
Pemeriksaan Jantung
Inpeksi : Yang dikaji ictus cordis terlihat atau tidak.
Palpasi : Yang dikaji teraba dan kekuatan uctus cordis
Ictus cordis terletak pada ICS 5 mid claucula line sinistra.
Perkusi : Yang dikaji batas-batas Jantung normal
Batas Jantung atas pada ICS 3
Batas Jantung atas pada ICS 5
Batas Jantung kanan pada linea sternalis sinistra.
Batas Jantung kiri pada linia aksila anterior sinistra.
Auskultasi : - Yang dikaji suara tambahan Jantung misal : murmur BJ III dan IV.
- Bunyi jantung I dan II yaitu sistole dan diastole terdengar pada ICS.
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Yang dikaji ada tidaknya striae, ada tidaknya lesid kebersihan.
Auskultasi :
8 8
7 7
Termasuk normoperistaltik.
Perkusi : Pada lambung terdengar Hipertympani.
Palpasi : Dikaji untuk mengetahui Pembesaran hati, ginjal, lien dan bledder.
Anus dan Genetalia
Masanya pada gangguan eliminasi Alvi anus dan genetalia tidak mengalami mengalami sedikit sakit karena proses mengejan.
Ekstrenitas Kuku
Bentuk kuku
Kuku tidak sionosis, warna kuku putih kemerahan, tidak ada odema ekstrinitas, terpasang infus pada tangan disebelah kiri.
Tonus Otot
8 8
7 7
Kekuatan otot penuh.
Pemeriksaan Neurologis
1. Olfaktori
Dikaji apakah klien mampu mengidentifikasi bau/aroma benda tertentu.
2. Optik
Dikaji apakah klien mampu melihat huruf pada kartu snelen pada jarak 6 m.
3. Okulamator
Dikaji apakah pupil peka terhadap cahaya dan mampu beradaptasi dengan baik.
4. Troklear
Dikaji untuk mengetahui apakah bola mata mampu mampu bergerak keatas dan kebawah.
5. Trigeminal
- Dikaji apakah reflek kornea cepat pada sentuhan kapas.
- Dikaji apakah terdapat nyeri pada wajah.
6. Abdusen
Dikaji apakah bola mata mampu bergerak kesamping kiri, kanan atas dan bawah.
7. Fasial
Dikaji apakah klien mampu untuk tersenyum, mengerutkan dahi, menaikkan alis.
Dikaji apakah klien mampu merasakan asin, manis, asem dan pahit.
8. Auditori (Pendengaran)
Dikaji apalkah klien mampu mendengarkan kata-kata dengan baik.
9. Glosofaringeal (Pengecapan, kemampuan menelan, gerak lidah)
Dikaji apakah klien mampu merasakan asin, manis, asam pada pangkal lidahnya.
Dikaji apakah reflek GAG baik.
Dikaji apakah klien mampu menggerakkan lidahnya.
10. Vagus
Dikaji apakah pada saat bersuara “ah” terdapat gerakan malatum dan faringeal.
Dikaji apakah timbul GAG.
Dikaji apakah klien dapat bersuara keras.
11. Aksesori
Dikaji apakah klien dapat mengangkat bahu dan memalingkan wajah kesisi yang ditahan.
12. Hipoglosial
Dikaji apakah klien dapat menggerakkan lidahnya kesamping dan keatas kebawah.
Pemeriksaan penunjang
Untuk mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi melalui pemeriksaan laboratorium yang lebih adekuat.
Penatalaksanaan
Harapan klien dan keluarga
Genogram
2.5.3 Diagnosa Keperawatan
Menurut ANA (American Nursing Asosiation) diagnosa merupakan respon individu pada masalah kesehatan yang aktual dan potensial (Marilynne. Doenges : 2002).
Diagnosa Keperawatan :
>Gangguan Eliminasi Urine,:
a.Penurunan kapasitas ?iritasi kandung kemih
b.Penurunan Iisyarat kandung kemih
c.Kelemahan otot dasar
d.Ketidak mampun untuk menakses kamar mandi saat diperlukan
e.Penurunan perhatianpada isyarat kandung kemih
2.5.4 INTERVENSI
1.Pertahankan Hidrasi yg optimal
a. Intake cairan 2-3 L/ hari
b. Beri jarak cairan tiap 2 jam
c. Perbanyak masukan cairan
2.Tingkat berkemih
Pastikan privasi da rasa nyama, bantu klien menggunakan bedpan
3.Tingkat integritas kulit
a. Identifikasikan klien yang berisiko mengalami ulkus
b. Cuci area, bilas dan keringkan setelah BAK
4.Kaji pola berkemih
a. Waktu dan jumlah cairan
b. Tipe cairan
c. Jumlah retensi
d.Jumlah berkemih
5.Jadwalkan program Kateterisasi Intrmitten pada klien dan keluarga untuk penatalaksanaan jangka panjang
a. Jelaskan alasan kateterisasi
b. Jelaskan pentingnya pengosongan kandung kemih
*Retnsi urineb/d okstruksi atau disfungsi neuromuskular
1. Kaji diatensi kandung kemih
2. Tindakan pengosongan kandung kemih
a. Manufer vabsova
-kontraksikan otot abdomen mengejan, tahan nafas sambil meregangkan
-tahan regangan sampai aliran urine berhenti, tunggu 1 menit dan regangkan kmbali
b. Ajarkan manuf credes
-tempatkan kedua tangan diarea umbilikus
-tekan dengan kuat kearah bawah, kearah pelvis
-ulangi 6-7 x sampai urine tidak keluar lagi
c. Ajarkan manufer regangan anal
-duduk pada toilet, bungkuk kedepan pada ke-2 paha
-tempatkan 1 tangan dengan sarung tangan dibelakang bokong
-masukan 1-2 jari yang dilumasi kedalam urine sampai sphingter
-pisahkan bagian jari/ tarik kearah posterior
-perlahan pegang sphingter anus dan tahan mengejan dan berkemih
-ambil nafas dalam tahan waktu mengejan
3. Jika volume residu > 100cc, atau tidak berhasil progamkan kateterisasi intermiten.
4. Catat urine tiap jam
5. Bantu pasien teknik relaksasi
6. Pantau
-TTV
-Masukan cairan untuk cegah hidrasi
7. Kolaborasi dengan tim medis
-Pemberian analgesik
-Pemberian kolinemik
-Pemberian infus


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra

1 komentar: