Entri Populer

Kamis, 21 April 2011

Perkembangan Antropologi Kesehatan

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,atas segala limpahan rahmat dan karunianya sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan Antropologi Kesehatan” dapat diselesaikan dengan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan ini saya menyajikan penjelasan materi perkembangan anropologi kesehatan. Saya juga berterimakasih kepada dosen serta teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Laporan ini disusun sebagai rasa tanggung jawab memenuhi tugas social budaya. Kami mohon maaf apabila ada kekeliruan dalam penulisan laporan ini.Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan laporan selanjutnya.

Om Santih,Santih,Santih Om




Denpasar,4 April 2011


Penulis

DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI ...........................................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN .........................................................................................................1
BAB II : Perkembangan Antropologi Kesehatan.....................................................................3
A. Hubungan Antara Sosial Budaya dan Biologi yang Merupakan Dasar Dari Perkembangan Antropologi Kesehatan..............................................................11
B. Perkembangan Antropologi Kesehatan Dari Sisi Sosialcultural Pole..................12
C. Perkembangan Antropologi Kesehatan Dari Sisi Biological Pole........................12
D. Beda Antara Perkembangan Antropologi Kesehatan Biological Pole dan Sosialcultural Pole...............................................................................................13
E. Kegunaan Antropologi Pole................................................................................15

BAB III : PENUTUP ..................................................................................................................16









BAB I
Pendahuluan

Secara teoritis dan praktis, antropologi kesehatan sebagai ilmu akan memberikan suatu sumbangan pada pengemban pelayanan kesehatan, termasuk didalamnya obstetri ginekologi sosial. Bentuk dasar sumbangan keilmuan tersebut berupa pola pemikiran, cara pandang atau bahkan membantu dengan paradigma untuk menganalisis suatu situasi kesehatan, berdasarkan perspektif yang berbeda dengan sesuatu yang telah dikenal para petugas kesehatan saat ini.
Sejarah keilmuan yang sedang dipelajari bermula dari filsafat sebagai “mother of science” dalam ilmu yang mempelajari manusia terdiri dari: sosiologi, antropologi dan psikologi. Dalam perkembangan dan penerapan keilmuan selanjutnya ketiga ilmu ini dikategorikan sebagai ilmu perilaku. Secara khusus, sosiologi dan antropologi mempelajari manusia, dengan titik berat sebagai mahluk bermasyarakat. Sedangkan, psikologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek kepribadian individu (lebih ke arah sosok manusia itu sendiri) dalam berinteraksi dengan masyarakatnya.
Seringkali agak sulit membedakan secara tegas antropologi dan sosiologi bagi ilmuwan eksakta atau yang kurang banyak berkecimpung dalam memahami ilmu sosial. Obyek material kedua ilmu memang memiliki persamaan, yaitu antropologi dan sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari dan memahami manusia sebagai bagian dari suatu kelompok atau masyarakat. Demikian pula dengan data dan model atau teori bisa saling meminjam, artinya bisa sendiri ataupun bersama-sama digunakan dalam bahasan antropologi kesehatan ataupun sosiologi kesehatan.
Dengan berdasar pada sejarah keilmuan yang berbeda, awalnya antropologi kesehatan lebih menekankan perhatian pada dunia non Barat/dunia Timur (Non Western World). Perhatian peneliti antropologi mulanya tentang adanya perilaku kesehatan di beberapa negara non Western yang berbeda menurut pengamatan orang-orang Western sebagai respon rasional yang berbeda. Metode perbandingan yang biasa digunakan oleh para ilmuwan antropologi telah memberikan pandangan terhadap dinamika perilaku sehat berdasar perspektif budaya masyarakat yang diamati. Sedangkan sosiologi kesehatan lebih banyak melakukan kajian pada dunia Barat (Western World). Meskipun dalam perkembangan selanjutnya, kedua ilmu ini saling bekerjasama mengarah ke ilmu perilaku dalam mengembangkan kesehatan masyarakat.
Meskipun mempunyai beberapa kesamaan, diantaranya sasaran yang sama, tetapi antropologi dan sosiologi mempunyai sudut pandang yang berbeda atau pengkajian yang berbeda secara obyek forma. Sumber perbedaan antara lain: masalah pokok, kerangka konseptual dan metode penelitian. Antropologi lebih menekankan pada aturan manusia (nilai/norma, unsur-unsur budaya yang mempengaruhi peranserta, pandangan dan penghayatan individu terhadap penyakit dan proses penyembuhannya). Sedangkan sosiologi lebih menekankan kepada aturan yang besar (aturan sosial, peran serta masyarakat, struktur sosial, solidaritas kelompok).
Perhatian dan Perkembangan Antropologi Kesehatan
Sebenarnya bukan hal baru tentang suatu pernyataan bahwa ilmu sosial memberikan sumbangan ke ilmu kedokteran. Dimana berdasarkan biomedical awalnya untuk melihat manusia dari sisi penyakit, sedangkan sociomedicine untuk melihat manusia dari pasiennya sendiri.
Perkembangan antropologi kesehatan sehubungan dengan fenomena konsep sehat dan sakit dapat dilihat dari faktor berikut:
1. Biologis dan ekologis, disebut, sebagai kutub biologi dengan mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia maupun penyakit perkembangan penyakit dalam evolusi ekologis. Kajian ini didukung ilmu-ilmu lain seperti genetika, anatomi, serologi, biokimia;
2. Psikologis dan sosial budaya, disebut sebagai kutub sosial mengamati perilaku sakit pada pasien, mempelajari etnomedisin, petugas kesehatan dan profesionalisme, hubungan perawat-dokter-pasien-petugas farmasi. Kajian ini didukung ilmu-ilmu seperti psikologi, sosiologi, administrasi, politik, komunikasi, bahasa, kesehatan masyarakat, pendidikan kesehatan.














BAB II
Sejarah Perkembangan Antropologi Kesehatan


A. Definisi Antropologi
Antropologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis tertentu. Antropologi lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang dikenal di Eropa. Terbentuklah ilmu antropologi dengan melalui beberapa fase. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada sosiologi lebih menitik beratkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk biologis sekaligus makhluk sosial. Para ahli mendefinisikan antropologi sebagai berikut:

William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia.

David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang umat manusia
.
Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan yang dihasilkan.
Dari definisi tersebut, dapat disusun pengertian sederhana antropologi,
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.

B. Sejarah Perkembangan Antropologi
Seperti halnya Sosiologi, Antropologi sebagai sebuah ilmu juga mengalami tahapan-tahapan dalam perkembangannya.Koentjaraninggrat menyusun perkembangan ilmu Antropologi menjadi empat fase sebagai berikut:

1. Fase Pertama (Sebelum tahun 1800-an)
Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi. Sekitar abad ke-15-16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik, kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.Bahan etnografi itu menarik perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan seluruh himpunan bahan etnografi.

2. Fase Kedua (tahun 1800-an)
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya. Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.

3. Fase Ketiga (awal abad ke-20)
Pada fase ini, negara-negara di Eropa berlomba-lomba membangun koloni di benua lain seperti Asia, Amerika, Australia dan Afrika. Dalam rangka membangun koloni-koloni tersebut, muncul berbagai kendala seperti serangan dari bangsa asli, pemberontakan-pemberontakan, cuaca yang kurang cocok bagi bangsa Eropa serta hambatan-hambatan lain. Dalam menghadapinya, pemerintahan kolonial negara Eropa berusaha mencari-cari kelemahan suku asli untuk kemudian menaklukkannya. Untuk itulah mereka mulai mempelajari bahan-bahan etnografi tentang suku-suku bangsa di luar Eropa, mempelajari kebudayaan dan kebiasaannya, untuk kepentingan pemerintah kolonial.

4. Fase Keempat (setelah tahun 1930-an)
Pada fase ini, Antropologi berkembang secara pesat. Kebudayaan-kebudayaan suku bangsa asli yang dijajah bangsa Eropa, mulai hilang akibat terpengaruh kebudayaan bangsa Eropa.Pada masa ini pula terjadi sebuah perang besar di Eropa, Perang Dunia II. Perang ini membawa banyak perubahan dalam kehidupan manusia dan membawa sebagian besar negara-negara di dunia kepada kehancuran total. Kehancuran itu menghasilkan kemiskinan, kesenjangan sosial, dan kesengsaraan yang tak berujung. Namun pada saat itu juga, muncul semangat nasionalisme bangsa-bangsa yang dijajah Eropa untuk keluar dari belenggu penjajahan. Sebagian dari bangsa-bangsa tersebut berhasil mereka. Namun banyak masyarakatnya yang masih memendam dendam terhadap bangsa Eropa yang telah menjajah mereka selama bertahun-tahun.Proses-proses perubahan tersebut menyebabkan perhatian ilmu antropologi tidak lagi ditujukan kepada penduduk pedesaan di luar Eropa, tetapi juga kepada suku bangsa di daerah pedalaman Eropa seperti suku bangsa Soami, Flam dan Lapp.


Perkembangan Antropologi di Berbagai Negara

Perkembangan Anthropology di Inggris
E. B. Taylor, Antropolog Inggris Abad 19.
E. B. Taylor (1832 October 2–1917 January 2) dan James George Frazer (1854 January 1 – 1941 May 7) dipandang sebagai perintis anthropologi sosial budaya modern di Inggris Taylor melakukan penjelajahan di Mexico, kemudian bersama sama dengan Frazer melakukan studi banding atas hasil penelitian mereka masing-masing dengan rujukan berbagai teks klasik atas sejarah dan kesusasteraan Romawi dan Yunani, berbagai naskah tentang cerita rakyat Bangsa Eropa, laporan perjalanan kuam misionaris, pengembara serta berbagai tulisan dari kaum ethnolog kontemporer.Taylor amat mendukung unilinealisme dan menyetujui sebuah bentuk ”keseragaman budaya”. Taylor secara khusus meletakkan dasar teori difusi kebudayaan. Menurut Taylor, terdapat tiga jalan berbagai kelompok / suku bangsa dapat memiliki bentuk budaya ataupun teknologi yang serupa yakni melalui : penemuan independent, warisan dari kaum penjajah di daerah yang berbeda, dan transmisi dari satu ras/ suku bangsa menuju ras / suku bangsa lainnya.
Taylor memformulasikan suatu konsep culture /budaya yang masih dipergunakan sampai sekarang. Menurutnya culture / budaya adalah : "sekumpulan konsep yang cukup kompleks, mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, kebiasaan, serta berbagai keahlian dan kebiasaan lainnya yang dimiliki oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.”

Talyor mengkhususkan kajiannya tentang deskripsi dan pemetaan berbagai elemen dari kebudayaan, bukan membahas fungsi-fungsinya secara lebih luas. Perkembangan kebudayaan secara multilineal kemudian diteruskan oleh para antropolog penerusnya. Taylor juga mengeluarkan teori tentang asal muasal perasaan keagamaan di dalam peradaban manusia, dengan mengungkapkan teori animisme di masa purba, menurutnya animisme memiliki beberapa komponen yang terpenting adalah kepercayaan atas kekuatan supranatural, dan hal ini dipandang kontradiktif dengan sistem moral, dan kosmologi. James George Frazer, seorang ilmuwan Scotlandia yang memiliki pengetahuan luas tentang kesusasteraan juga mengkhususkan dirinya untuk mempelajari kepercayaan, mitos dan magis. Studi komparasinya sangat berpengaruh terhadap ilmuwan selanjutnya, dan terkumpul di dalam jurnal The Golden Bough, tulisannya kebanyakan menganalisis berbagai kepercayaan dan simbol simbol yang terdapat di berbagai penjuru dunia.
Baik Taylor maupun Frazer hanya melakukan kerja penelitian secara terpisah, belum sampai kepada tahapan menempatkan berbagai elemen kebudayan dan kelembagaan secara bersama-sama. Beberapa ilmuwan muda Inggris yang penuh semangat dan ambisi berusaha untuk menganalisa bagaimana masyarakat hidup berkelompok mereka lebih menekankan analisa sinkronis, bukan analisa sejarah atau analisa diakronis. Selain itu mereka juga melakukan analisa jangka panjang selama bertahun-tahun di suatu area kerja Universitas Cambridge mendanai sebuah ekspedi multidisipliner ke pulau-pulau yang terletak di jalur Torres pada tahun 1898 diorganisir oleh Alfred Court Haddon, melibatkan seorang anthropolog fisik, W. H. R. Rivers, juga seorang ahli linguistik, tumbuh tumbuhan, serta bebagai spesialis lainnya. Berbagai penemuan dari ekspedisi ini menetapkan beberapa standar baru dalam deskripsi ethnologi.
Satu dekade kemudian , Bronisław Malinowski, seorang anthropolog kelahiran Polandia (1884-1942) mulai melakukan pengumulan atas berbagai item kebudayaan, ketika PD I berlangsung, karena Imperium Austro Hongarian berada di dalam kekuasaan Inggris Raya, maka dia justru tertahan di Papua Nugini untuk melanjutkan penelitiannya, karangannya di dalam ethnografi klasik adalah Argonauts of the Western Pacific, (1922) mendukung sebuah pendekatan ke arah studi lapangan haruslah menjadi standart di bidang antropologi, guna mendapatkan suatu sudut pandang yang asli melalui observasi partisipant. Secara teoritis dia mendukung sebuah interpretasi fungsionalist yang memeriksa bagaimanakah kelembagaan sosal berfungsi untuk memenuhi kebutuhan individu. Anthropolog Inggris lainnya pada masa diantara Dua Perang Dunia adalah Meyer Fortes
A. R. Radcliffe-Brown juga mempublikasikan sebuah hasil kerja seminal di tahun 1922. Dia menjalankan studi lapangan di kepulauan Andaman dengan metode rekosntruksi sejarah. Setelah mempelajari hasil kerja sosiolog Perancis Émile Durkheim dan Marcel Mauss, maka Radcliffe-Brown mempublikasikan sebuah catatan riset berjudul The Andaman Islanders, menguraikan tentang makna dan tujuan upacara ritual dan mitos. Selanjutnya dia mengembangkan sebuah pendekatan yang dikenal dengan mana structural-functionalism, dimana pendekatan baru ini berfokus kepada bagaimanakah kelembagaan bekerja untuk menyeimbangkan system social sehingga mampu berfungsi secara harmonis (hal ini bertentangan dengan pendekatan fungsionalisme yang dikemukakan oleh Malinowski, juga amat jauh berbeda dengan berbagai pemikir structuralism dari Perancis – dimana para ilmu Perancis ini lebih memeriksa konsep struktur di dalam bahasa dan symbol Radcliffe-Brown, juga mengembangkan anthropologi social dan mengampu mata kuliah tersebut di dalam wilayah Commonwealth Inggris mulai dari akhir tahun 1930an sampai dengan priode Pasca Perang Dunia. Dia mengeluarkan banyak tulisan, dan monografi serta mengelola Jurnal ilmiah yang yang menjadi dasar paradigma British Social Anthropology (BSA). Di dalam jurnal asuhannya banyak tulisan tentang ethnografi yang terkenal seperti The Nuer, oleh Edward Evan Evans-Pritchard, dan The Dynamics of Clanship Among the Tallensi, oleh Meyer Fortes; beberapa tulisan serial yang dikemas di dalam terbitan khusus mencakup African Systems of Kinship and Marriage and African Political Systems.
Max Gluckman, bersama-sama dengan koleganya di Rhodes-Livingstone Institute dan beberapa mahasiswanya di Manchester University, kemudian terkenal dengan nama mazhab Manchester, membawa BSA ke dalam arah baru dengan mengenalkan theori Marxist khususnya penekanan pada konflik dan resolusi konflik, serta cara bagaimana individu bernegoisasi dan menggunakan berbagai structur social untuk menyelesaikan konflik. Pada tahun 1960s dan 1970s, Edmund Leach dan para mahasiswanya diantaranya adalah Mary Douglas and Nur Yalman, mengenalkan strukturalisme Perancis dengan gaya Lévi-Strauss; sementara anthropology versi Inggris terus berlanjut untuk menekankan studi pada organisasi social dan ekonomi melalui studi atas symbol –simbol dan topik –topik yang terdapat di dalam kesusasteraan.
Perbedaan antara Anthropologi Sosial Budaya Inggris, Perancis, dan Amerika menjadi semakin terlihat di dalam theori dan methodenya. Di Inggris Anthropologi sosial telah menggunakan berbagai teori dari cabang ilmu sosial lainnya serta memiliki banyak cabang ilmu pengetahuan . Namun di wilayah Commonwealth Inggris (bekas jajahan Inggris) Anthropologi Sosial seringkali secara kelembagaan terpisah dari anthropologi fisik dan primatologi- yang terakhir ini lebih banyak dikaitkan dengan cabang –cabang dalam ilmu biologi ataupun zoology. Sementara archeologi dikaitkan dengan kesusasteraan Kuno / Klasik dan Egyptology. Di Negara-negara lain, khususnya di beberapa universitas kecil di Inggris dan Amerika Utara, para Antropolog juga menemukan bahwa diri mereka secara kelembagaan terkait dengan para ilmuwan dari bidang kesusateraan, studi museum, geografi manusia sosiologi, hubungan sosial, studi ethnic, studi budaya dan kerja sosial

Perkembangan Anthropology di Amerika Serikat 1800s to 1940s
Mulai permulaan abad 19 sampai dengan abad 20, anthropologi di Amerika Serikat terpengaruh oleh kehadiran masyarakat Indian (sebagai suku bangsa asli Benua Amerika). Penguasa Koloni disana : Inggris , Perancis, Spanyol dan Portugis berusaha melibatkan ilmu ini untuk usaha pembinaan kebangsaan atau civilization sehingga suku bangsa India bersedia membaur dengan mereka. Konflik kepentingan muncul antara keinginan untuk menggunakan anthropologi hanya untuk kepentingan ilmiah semata dengan menggunakannya sebagai alat kolonialisme yang cenderung bersifat pemaksaan, dan eksploitasi membuat para anthropolog sebagai sumber kritikan ataupun kecaman Karena dianggap sebagai antek kolonialisme.

Anthropologi Boasian
Franz Boas, adalah salah seorang pioner anthropologi modern dan disebut sebagai “Bapak Anthropologi Amerika”. Anthropologi Budaya di Amerika Serikat sangat terpengaruh obyeknya yakni Masyarakat Indian. Bidang ini dipelopori oleh staff Bureau of Indian Affairs dan lembaga Ethnologi Amerika . Para anthropolog seperti John Wesley Powell, Frank Hamilton Cushing, serta Lewis Henry Morgan (1818-1881), seorang ahli hukum dari Rochester, New York, menjadi pendukung perkembangannya, Antrolopologi Sosial di Amerika cenderung menjadi Anthropologi Politik- Obyeknya tidak hanya suku bangsa Indian melainkan juga kaum Imigran. Studi Morgan, terutama tentang kinship, amat berpengaruh dalam perkembangan cabang anthropologi jenis ini Morgan mengargumentasikan bahwa : Masyarakat manusia seharusnya diklasifikasikan ke dalam kategori evolusi budaya dalam skala mulai dari tahap buas / barbar menuju tahap peradaban, umumnya Morgan menggunakan Indikator teknologi , seperti pembuatan busur dan anak panah untuk menentukan posisi suatu suku bangsa ke dalam skala miliknya.
Franz Boas membawa para akademisi anthropologi di Amerika Serikat untuk menentang theori evolusi. Kaum Anthropolog Boasian secara politis sangat didikte oleh Pemerintah AS dan Kaum Kapitalist, sifatnya sangat empiris dan skeptis dalam usahanya untuk menetapkan berbagai hukum hukum yang bersifat universal. Boas pernah mempelajari anak-anak dari kaum Imigran untuk menunjukkan bahwa ras biologis tidaklah kebal dan generasi manusia terbentuk oleh makanan dan interaksi bukan oleh gen nenek moyangnya Terpengaruh oleh tradisi Jerman, Boas mengargumentasikan bahwa dunia penuh dengan berbagai budaya yang berbeda dan evolusi tidak dapat diukur dari seberapa besar mereka memasuki tahap peradaban. Boas percaya bahwa setiap budaya harus dipelajari secara khusus dan generasi lintas budaya akan muncul membentuk suatu budaya baru. Boas berjuang melawan diskriminasi terhadap kaum imigram khususnya yang berasal dari Benua Afrika, dan juga diskriminasi terhadap suku bangsa Indian sebagai penduduk asli Bangsa Amerika. Banyak Anthropolog Amerika mengambil berbagai agenda kegiatan penelitinnya dalam rangka reformasi sosial, dan berbagai teorinya tentang ras berlanjut dipergunakan sampai sekarang, bahkan empat Ruang Lingkup Antropologi yang dipergunakan sekarang, sebenarnya berasal dari Kaum Boasian : empat ruang lingkup tersebut adalah Anhtropologi sosial budaya, Antropologi Biologi, Lingusitik dan archeologi / antropologi pra sejarah
Boas menggunakan posisinya di Universitas Columbia dan American Museum of Natural History untuk melatih dan mengembangkan generasi ilmuwan baru. Generasi pertama dari mahasiswanya antara lain : Alfred Kroeber, Robert Lowie, Edward Sapir dan Ruth Benedict, semuanya secara produktif menulis tentang budaya asli Amerika Utara dan menentang teori evolusi tunggal / linear.
Publikasi berbagai buku teks dari Alfred Kroeber, Anthropology, menandai sebuah titik peralihan menuju suatu generalisasi. 'Culture and Personality' buku yang ditulis oleh Margaret Mead dan Ruth Benedict., umumnya sangat terpengaruh oleh psikolog bidang psiko analistis seperti Sigmund Freud dan Carl Jung, buku ini berusaha untuk mencari pemahaman tentang berbagai personalitas setiap individu khususnya terkait dengan kekuatan sosial budaya dari lingkungan.

Perkembangan Anthropology di Canada
Athropology di Canada sama seperti di belahan bumi lain adalah sebagai bagian dari dunia kolonial, data yang dipergunakan adalah berbagai catatan kaum pengembara dan misionaris seperti pendeta – pendeta dari gereja LeClercq, Le Jeune dan Sagard. Usaha yang serius mulai dilakukan ketika pemerintah menetapkan Divisi Anthropologi di dalam Survey Geologis pada tahun 1910. Para Anthropolog umumnya diambil dari Inggris dan AS, umumnya adalah kaum Boasian dan para ahli bahasa dari Oxford seperti Marius Barbeau and Diamond Jenness.
Posisi Akademik yang pertama di bidang Anthropologi, diberikan kepada Thomas McIlwraith di University of Toronto pada tahun 1925. Beberapa universitas seperti UBC dan McGill, pada tahun 1947 mulai mempekerjakan para anthropolog he next universities to hire anthropologists, dan PhD pertama di bidang Anthropologi diraih di tahun 1956, hanya dalam waktu yang singkat beberapa Universitas di Canada mampu menghasilkan lulusan Ph D lainnya sampai dengan akhir tahun 1960an. Tahun 1970an merupakan puncak perkembangan universitas dan profesi sebagai Anthropolog di Canada, smapai dengan tahun 1980 sudah dihasilkan 400 doktordi bidang Anthropologi dan dipekerjakan di Canada, disamping lulusan Master. Harry Hawthorne mendirikan departemen Anthropologi di UBC dan menetapkan standart riset anthropologi sebagai tuntunan kebijakan public bagai Pemerintah Federal Canada, penyusunannya dibantu oleh M.-A. Tremblay, buku petunjuk tersebut berjudul "A Survey of the Contemporary Indians of Canada" (1966, 1967).
Anthropologi di Canada memiliki karakterisik perpaduan antara type Boasian di AS, Inggris dgn penekanan atas fungsi dan proses sosial, dan Francophone merintis riset di area pedesaan dan suku bangsa terpencil. Isu kesenjangan sosial, kesinambungan, perubahan, ekonomi politik, lingkungan, dan ekologi budaya, personalitas, budaya dan simbol-simbolnya mendominasi wacana anthropologi di Canada sejak PDI sampai dengan Perang Vietnam.

Perkembangan Anthropology Di Perancis
Anthropology di Perancis kurang memiliki asal muasal yang jelas jika dibandingkan dengan Inggris dan Amerika Serikat, karena banyak ilmuwan Perancis yang meneliti Anthropologi umumnya sudah memiliki latar belakang sosiologi, ataupun filsafat Marcel Mauss (1872-1950), keponakan dari Sosiolog Émile Durkheim dipandang sebagai perintis Ilmu Anthropologi di Perancis. Mauss menjadi anggota dari kelompok Année Sociologique yang didirikan oleh Durkheim dan selagi Durkheim serta yang lainnya meneliti masyarakat modern maka Mauss dan rekanannya seperti Henri Hubert dan Robert Hertz mengambil spesialisasi ethnography dan philology (ilmu bahasa-bahasa) untuk menganalisa berbagai masyarakat yang dipandang berbeda dari bangsa Eropa. Hasil karya Mauss yang terkenal dan masih memiliki relevansi sampai sekarang adalah Essay on the Gift sebuah analisa seminal tentang perdagangan dan system barter.
Berbeda dengan di Inggris di Perancis tidak terdapat perbedaan yang nyata antara ethnologi, anthropologi sosial dan anthropologi budaya. Di sepanjang waktu Antara Dua Perang Dunia, Ketertarikan akademisi anthropologi cenderung ke arah gerakan kebudayaan ke arah yang lebih luas, menjurus ke arah pengaruh surrealism and primitivism di dalam ethnografi. Marcel Griaule dan Michel Leiris contoh ilmuwan yang kemudian bergabung dengan para pelopor anthropology versi Perancis. Pada saat itu apa yang diketahui tentang ethnologi hanya terbatas kepada museum saja, dan anthropologi memiliki hubungan yang erat dengan studi tentang cerita rakyat.
Claude Lévi-Strauss membantu melembagakan anthropology di Perancis dengan menambahkan pengaruh structuralism sehingga meluas melewati batas –batas multi disipliner, Lévi-Strauss menetapkan ikatan dengan Anthropologi Inggris dan Ameriks Serikat. Pada saat yang sama dia mendirikan pusat kajian dan laboratorium di Perancis untuk menyediakan sebuah konteks kelembagaan di dalam anthropology dan sebagai sarana untuk melatih para mahasiswa yang kelak akan menjadi ilmuwan berpengaruh seperti Maurice Godelier dan Françoise Héritier.
Banyaknya karakter yang Berbeda dari Anthropolgi Perancis sekarang adalah hasil dari fakta bahwa kebanyakan riset Anthropologi didanai oleh pemerintah melalui CNRS atau laboratorium Riset Nasional, bukan oleh Universitas
Anthropolog lain yang terkenal di tahun 1970an adalah Pierre Clastres, yang melakukan penelitiana atas suku bangsa Guayaki di Paraguay, dimana suku bangsa primitive tersebut secara aktif menentang kebijakan Pemerintah Paraguay. Meskipun primitive, suku bangsa tersebut memiliki lembaga pemegang kekuasaan bersifat terpisah dari masyarakatnya yang berperan sebagai juru bicara dan negoisator dengan kelompok lain.
Ilmuwan lainnya di bidang Anthropologi yang terpenting setelah jaman Foucault dan Lévi-Strauss adalah Pierre Bourdieu, sebelumnya dia mendalami filsafat dan sosiologidan pernah menjabat Kepala Departemen Sosiologi di Collège de France. Seperti Mauss dan yang lainnya dia mengelaborasikan kedua ilmu baik sosiologi maupun anthropologi. Risetnya yang terkenal adalah tentang suku bangsa Kabyles di Aljazair mampu mengukuhkan namanya sebagai Anthropolog Eropa, selain itu analisanya tentang fungsi dan reproduksi pakaian dan Kapitalisme Kebudayaan di Dalam masyarakat Eropa mampu mengukuhkan namanya di jajaran Sosiolog Eropa.

Di Negara –Negara Lain
Anthropology di Yunani dan Portugis sangat terpengaruh oleh Anthropologi Inggris Di Yunani, Anthropologi sudah ada sejak Abad 19 sebagai ilmu cerita rakyat yang dikenal dengan nama laographia (laography), di dalam bentuk sebuah ilmu interior, yang lemah sekali teoritisnya, tetapi konotasi dari bidang ini berubah pesat setelah PD II, ketika muncul gelombang Anthropolog Anglo-Amerika, mengenalkan sebuah ilmu tentang dunia luar – yakni tentang suku bangsa yang dianggap terbelakang. Di Italia perkembangan Ethnografi tidak menunjukkan perkembangan yang pesat, bahkan di Jerman dan Norwegia muncul konflik antar ilmuwan yang berfokus kepada isu sosial budaya domestic dengan sosial budaya asing

Anthropology setelah PD II : Meningkatnya Dialog di dalam Anglophone anthropology
Sebelum PD II, Ilmuwan anthropologi sosial Inggris dan Anthropologi Budaya Amerika masih merupakan tradisi keilmuwan yang berbeda. Setelah PD II, cukup bnayak para Anthropolog Inggris dan Amreika yang saling tukar menukar ide dan satu sama lain mulai berbicara secara kolektif sebagai Anthropologi Sosial Budaya. Pada tahun 1950an dan pertengahan tahun 1960an anthropology cenderung mulai menemukan jati diri keilmuannya setelah Ilmu –Ilmu Alam. Beberapa Anthropolog seperti Lloyd Fallers dan Clifford Geertz, memfokuskan diri kepada proses modernisasi dengan jalan mempelajari Negara- negara yang baru saja merdeka. Sementara Julian Steward dan Leslie White, berfokus kepada bagaimana masyarakat mengelola dan menyesuaikan ekologi sekelilingnya sehingga bisa meraih manfaat yang sebanyak-banyaknya.- Sebuah pendekatan yang dipopulerkan oleh Marvin Harris adalah Economic anthropology, terpengaruh oleh Karl Polanyi dan dilanjutkan oleh Marshall Sahlins dan George Dalton, mereka berfokus kepada bagaimanakah ekonomi tradisional berjalan, namun mengabaikan factor sosial dan budaya. Di Inggris paradigma British Social Anthropology's paradigm mulai terpecah di satu sisi Max Gluckman and Peter Worsley terpengaruh oleh Marxism sementara beberapa ilmuwan lainnya seperti Rodney Needham dan Edmund Leach menggunakan structuralism milik Levi Strauss. Structuralism juga mempengaruhi sejumlah perkembangan di tahun 1960an dan 1970an, mencakup cognitive anthropology and analisa komponensial. Beberapa Ilmuwan seperti David Schneider, Clifford Geertz, dan Marshall Sahlins mengembangkan sebuah konsep baru atas kebudayaan yakni : Kebudayaam adalah sebuah jaringan pemaknaan atau signifikansi, dimana hal ini akan semakin meningkatkan ruang lingkup disiplin ilmu ini Seiring degan perkembangan jaman, anthropology menjadi terpolitisir, mis peistiwa perang kemerdekaan Aljazair ,Perang Vietnam. Marxism menjadi sebuah pendekatan teoritik yang cukup popular. Pada akhir tahun 1970an banyak ilmuwan justru menjadi bingung atas relevansi Anthropologi, sehingga menerbitkan jurnal Reinventing Anthropology
Michel Foucault
Pada tahun 1980an isu power / kekuasaan, seperti yang diuraikan di dalam karangan Eric Wolf berjudul Europe and the People Without History, menjadi pusat perhatain kajian Anthropologi. Buku-buku seperti Anthropology and the Colonial Encounter semakin mempertegas ikatan anthropology dengan masalah kesenjangan colonial, muncullkan ilmuwan seperti Antonio Gramsci dam Michel Foucault yang menggerakkan isu power dan hegemony ke dalam disiplin anthropologi. Gender dan sexuality menjadi topic yang popular, karena keterkaiatan antara disiplin ini dengan sejarah, khususnya dipengaruhi oleh Marshall Sahlins, yang menggunakan teori dari Lévi-Strauss dan Fernand Braudel untuk meneliti hubungan antara struktur sosial dan angen individual. Ilmuwan strukturalis lainnya yang berpengaruh antara lain Nietzsche, Heidegger, juga Derrida and Lacan. Dari Mazhab Frankfurt .
Di akhir tahun 1980an dan 1990an beberapa ilmuwan seperti George Marcus dan James Clifford lebih cenderung kembali kepada ethnografi, khususnya bagaimana dan mengapa ilmu anthropologi dipergunakan, dan mendominasi kajian. Kelompok ii cenderung ke arah Feminists sebagai bagian dari aliran 'post-modernisme’ Ethnographies berkembang menjadi lebih refleksif, secara eksplisit mengungkapkan methodology, kebudayaan, gender dan rasial. Selain itu anthropologi juga mulai mengkaji masalah globalisasi, pengobatan, bioteknologi, hak hak kaum pribumi, dan masalah masalah yang dihadapi oleh masyarakat industri maju.




Hubungan Antara Sosial Budaya dan Biologi Merupakan Dasar Dari Perkembangan antropologi Kesehatan


Anthropologi erat sekali kalitannya dengan kebudayaan dan biologi, dimana keduanya sama-sama meneliti berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa sekarang maupun di masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai budaya.
Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi di atas, sebagai contoh medical anthropology sering dipandang sebagai sub bidang anthropologi social budaya ; namun banyak anthropolog yang mempelajari topic kesehatan sering harus mengambil materi keragaman biologis disamping harus memperhatikan berbagai interaksi antara budaya dan biologi. Mereka juga menggunakan analisa linguistic untuk memahami komunikasi sekitar masalah kesehatan dan penyakit, juga memahami teknis archeologis untuk memahami sejrah kesehatan dan penyakit di dalam masyarakat jaman pra sejarah ataupun jaman sejarah.
Problem serupa juga muncul di dalam sub bidang forensic anthropologists, dimana bisa menggunakan teknik-teknik di dalam physical anthropology dan archaeology, dan juga konsep–konsep di dalam anthropologi budaya seperti medical anthropologists. Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk mendeskripsikan sintesa antara perspektif cultural dan biologi. Applied anthropology mungkin lebih sesuai jika dipandang sebagai suatu penekanan daripada sebagai sub bidang; dimana para anthropolog terapan dapat bekerja di kantor – kantor pemerintah, LSM, ataupun perusahaan swasta, menggunakan berbagai teknik dari berbagai sub bidang anthropologi untuk menyelesaikan berbagai masalah seperti : implementasi kebijakan, dampak dari suatu akses, pendidikan, riset pemasaran, ataupun pengembangan produk.
Akhir-akhir ini banyak program anthropology programs di beberapa universitas ternama di AS telah mulai membagi anthropology menjadi dua bidang : satu bidanmg menekankan kepada humanities, critical theory, and interprepetative atau pendekatan semantic ; sementara bidang lainnya menekankan pada evolutionary theory, metode kuantitative, dan pengetestan secara eksplisit (melalui deskripsi idiographic), meskipun juga terdapat penekanan kelembagaan untuk menggabungkan keduanya menjadi satu departemen.. Di beberapa universitas program anthropologi biologi dan archaelogi juga telah pindah ke departemen biologi atau bidang lainnya yang terkait.


Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Sosialcultural Pole

Socio-cultural anthropology, adalah suatu investigasi yang memerlukan jangka waktu yang cukup panjang dan intensif (dengan observasi partisipan), atas budaya dan organisasi sosial dari suku bangsa tertentu khususnya tentang: bahasa, organisasi ekonomi dan politik, hukum dan resolusi konflik, pola konsumsi dan perdagangan kinship dan struktur keluarga, relasi gender, sosialisasi dan pemeliharaan anak, agama, mytologi, simbolisme, dsb. Universitas di AS cenderung mempergunakan istilah Anthropologi Budaya, sedangkan Universitas Inggris cenderung mempergunakan istilah Anthropologi sosial. Namun di abad 20, keduanya digabungkan menjadi anthropolgi sosial budaya. Sub bidang dari Anthropologi Budaya mencakup : Subfields and related fields include psychological anthropology, folklore, anthropology of religion, ethnic studies, cultural studies, anthropology of media and cyberspace, Social Anthropology, Politic Anthropology, study of the diffusion of social practices and cultural forms.



Perkembangan Antropologi Kesehatan dari Sisi Biological Pole


Biological or physical anthropology, berusaha untuk memahami jasad/fisik manusia melalui evolusi, kemampuan adaptasi, genetika populasi, dan primatologi (studi tentang makhuk primate / binatang yang menyerupai manusia). Sub bidang dari Anthropologi fisik ini mencakup : anthropometrics, forensic anthropology, osteology, and nutritional anthropology
Beda Antara Perkembangan Antropologi Kesehatan Biological Pole dan Sosiocultural Pole

Antropologi Kesehatan

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono, 1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja. Antropologi lebih luas lagi kajiannya dari itu seperti Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari aspek fisik, sosial, budaya (1984;76). Pengertian Antropologi kesehatanyang diajukan Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termakutub dalam pengertian ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Pokok perhatian Kutub Biologi :
• Pertumbuhan dan perkembangan manusia
• Peranan penyakit dalam evolusi manusia
• Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba)

Pokok perhatian kutub sosial-budaya :
• Sistem medis tradisional (etnomedisin)
• Masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional mereka
• Tingkah laku sakit
• Hubungan antara dokter pasien
• Dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat tradisional.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan adalah
disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya
dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara
keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi
kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

Menurut Weaver :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari antropologi terapan yang menangani berbagai aspek dari kesehatan dan penyakit (Weaver, 1968;1)

Menurut Hasan dan Prasad :
Antropologi Kesehatan adalah cabang dari ilmu mengenai manusia yang mempelajari aspek-aspek biologi dan kebudayaan manusia (termasuk sejarahnya) dari titik tolak pandangan untuk memahami kedokteran (medical), sejarah kedokteran medico-historical), hukum kedokteran (medico-legal), aspek sosial kedokteran (medico-social) dan masalah-masalah kesehatan manusia (Hasan danPrasad, 1959; 21-22)

Menurut Hochstrasser :
Antropologi Kesehatan adalah pemahaman biobudaya manusia dan karya-karyanya, yang berhubungan dengan kesehatan dan pengobatan(Hochstrasser dan Tapp, 1970; 245)

Menurut Lieban :
Antropologi Kesehatan adalah studi tentang fenomena medis (Lieban 1973,
1034)

Menurut Fabrega :
Antropologi Kesehatan adalah studi yang menjelaskan:
• Berbagai faktor, mekanisme dan proses yang memainkan peranan didalam atau mempengaruhi cara-cara dimana individu-individu dan
kelompok-kelompok terkena oleh atau berespons terhadap sakit dan penyakit.
• Mempelajari masalah-masalah sakit dan penyakit dengan penekanan terhadap pola-pola tingkahlaku. (Fabrga, 1972;167)

Dari definisi-definisi yang dibuat oleh ahli-ahli antropologi mengenai Antropologi Kesehatan seperti tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan mencakup:

1. Mendefinisi secara komprehensif dan interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari
pengetahuan tersebut;

2. Partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearahyang diyakini akan
meningkatkan kesehatan yang lebih baik.


Kegunaan Antropologi Kesehatan
Kegunaan Antropologi Kesehatan
Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam perwujudn kehidupan sehari-hari. Di sisi lain, latar belakang budaya mempunyai pengaruh yang penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia (kepercayaan, perilaku, persepsi, emosi, bahasa, agama, ritual, struktur keluarga, diet, pakaian, sikap terhadap sakit, dll). Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang asa di masyarakat tersebut.
Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu kesehatan lain sebagai berikut:
1. Memberikan suatu cara untuk memandang masysrakat secara keseluruhan termasuk individunya. Dimana cara pandang yang tepat akan mampu untuk memberikan kontribusi yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan suatu masyarakat dengan tetap bertumpu pada akar kepribadian masyarakat yang membangun. Contoh pendekatan sistem, holistik, emik, relativisme yang menjadi dasar pemikiran antropologi dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah dan mengembangkan situasi masyarakat menjadi lebih baik;
2. Memberikan suatu model yang secara operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan. Memang tidak secara tepat meramalkan perilaku individu dan masyarakatnya, tetapi secara tepat bisa memberikan kemungkinan luasnya pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru;
3. Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian. Baik dalam merumuskan suatu pendekatan yang tepat maupun membantu analisis dan iterpretasi hasil tentang suatu kondisi yang ada di masyarakat.






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Demikian laporan ini saya buat,untuk itu saya menyampaikan kesimpulan dari manfaat Antropologi Kesehatan
A. Manfaat Umum, yakni manfaat yang kita peroleh dalam mempelajari Anthropology sebagai manusia umum yakni :
1. Lebih mengakui Kebesaran Allah Sang pencipta, karena kita mampu mendalami ciptaanNya yang paling sempurna
2. Menghindari ethnosentrisme yang sempit karena dengan mempelajari anthropologi kita mampu memahami berbagai perbedaan ras dam ethnic yang berbeda sehingga menghindari kesalahpahaman antar budaya yang berbeda

B. Manfaat Khusus, yakni manfaat yang kita peroleh sebagai mahasiswa Ilmu politik, dalam mempelajari Anthropology : yakni memperoleh metodologi penelitian yang sangat tepat, lengkap dan terperinci yakni metode deskriptif historis kualitatif dengan teknik participant dan studi lapangan. Meskipun hal ini dirasa cukup memakan waktu dan biaya, namun diakui sebagai metodologi yang paling tepat.

Enak Bukan Berarti Sehat

ENAK BUKAN BERARTI SEHAT

Sehat merupakan idaman bagi semua orang. Semua orang menginginkan memakan-makanan yang enak, tetapi dibalik makanan yang enak tersebut tersimpan berbagai dampak negative bagi kesehatan. Pemilihan makanan yang sehat selain penting bagi tubuh juga penting bagi yang mengolah makanan dalam keluarga. Justru makanan sehat bisa dihasilkan di rumah dibanding makanan matang yang di beli di luar rumah.Bagi yang hobby masak pasti rasa nikmat dari masakan yang dibuatnya adalah tujuan utama, apalagi kalau banyak yang mengakui masakannya enak. Keberhasilan dalam memasak kalau masakannya enak dan nikmat akan menimbulkan kepuasan.
Dengan semakin banyaknya penyakit-penyakit yang terus berkembang yang dialami manusia jaman sekarang, maka kita harus berhati-hati dalam menikmati masakan kuliner. Tujuan makan seharusnya bukan hanya untuk memperoleh enak dan nikmatnya saja tapi juga untuk memperoleh nutrisi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh sehingga tubuh menjadi sehat.
Zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh seperti protein, karbohidrat, vitamin dan lemak. Namun manusia sekarang lebih mementingkan rasa enak daripada manfaatnya seperti terlalu banyak mengkonsumsi daging yang tentunya mengandung lemak tanpa memikirkan dampak bagi kesehatannya.
Lemak membuat masakan menjadi lezat dan gurih, sayangnnya walaupun lemak itu gurih, zat makanan ini yang bisa merusak kesehatan. Ada berbagai jenis lemak, salah satunya yang paling enak adalah kolesterol, sayang nya kolesterol termasuk adalah lemak jahat. Menurut saya kolesterol yang dipandang paling merusak kesehatan (bisa mengendap di pembuluh darah) malah yang paling enak rasanya. Telur itu enak dan gurih karena kuningnya yang banyak mengandung kolesterol, daging ayam yang paling enak ya kulitnya. Hampir bisa dibilang kandungan kolesterol dalam makanan berbanding lurus dengan kelezatan masakan, semakin enak semakin banyak kolesterolnya.
Kolesterol dibutuhkan oleh tubuh tetapi dalam jumlah sedkit, kalau sudah berlebih dan tidak dibakar di dalam tubuh maka menjadi tidak sehat. Kolesterol darah yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko yang dapat menyebabkan :

1. Penyumbatan pada pembuluh darah jantung yang dapat menimbulkan serangan jantung.
2. Penyumbatan pada pembuluh darah otak yang dapat menimbulkan serangan stroke.

Dengan mengetahui bahaya makanan yang berlebih dalam tubuh, kita harus bijak dalam memilih makanan atau masakan yang akan dibuat. Kolesterol terdapat dalam lemak hewan seperti jeroan, otak, sumsum, buntut, daging berlemak, kuning telur dan semua produk hewani seperti keju selain itu juga kolesterol juga terdapat pada seafood seperti udang, kepiting, cumi. Bayangkan saja sup buntut, rawon, sate padang, bakso, sate kambing dan yang lainnya semua makanan ini adalah makanan yang nikmat.
Bukan berarti kita harus menjauhi makanan yang enak tersebut, sekali-sekali menikmati makanan ini boleh-boleh saja asal tidak berlebih dan diiring dengan :
- Makan makanan yang banyak mengandung serat (sayur dan buah), serat akan mengikat lemak
- Minum minuman yang bisa melunturkan kolesterol seperti teh / teh hijau, air jeruk, susu kedelai
- Rutin berolah raga, sehingga lemak yang masuk kedalam tubuh langsung dibakar sehingga bisa menjaga kadar kolesterol dalam darah tetap normal.
Banyak masakan yang enak tapi sehat, seperti yang berbahan dasar nabati, daging ayam tanpa kulit dan ikan laut. Tidak selalu masakan yang sehat itu tidak nikmat, tergantung bagaimana mengolahnya, semakin pandai mengolahnya semakin nikmat rasanya.